lebaran

Sudah menjadi tradisi dimasyarakat kita bila merayakan lebaran mereka saling kunjung – mengunjungi antar tetangga serta saudara dan menyediakan hidangan buat para tamunya. Momentum ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan dan persahabatan serta maaf – maafan. Akan tetapi permintaan maaf tersebut hanya secara global (tidak merinci dan menjelaskan salahnya) bahkan ada yang hanya berjabat tangan seraya mengucapkan “Minal ‘Aidin Wal Faizin”. (PP. Mahaduttolabah Kebondalem Kandangan) PERTANYAAN a. Apakah perayaan tersebut (saling mengunjungi dan menyediakan hidangan) diatur dalam Fiqih? b. Sudah cukupkah meminta maaf dengan praktek seperti tersebut diatas ? JAWABAN (a) :Kebiasaan saling mengunjungi dan menyediakan hidangan ada dan diatur didalam Fiqih, dan hukumnya sunnah.  REFERENSI: 1. Al Fatawi Al Kubro Juz I Hal. 271 & 272 الفتاوى الفقهية الكبرى - (ج 1 / ص 271 ( وَسُئِلَ ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمْ أَيَّامُ عِيدِ الْفِطْرِ هَلْ هِيَ أَرْبَعَةٌ كَأَيَّامِ عِيدِ الْأَضْحَى ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ : قَضِيَّةُ تَعْلِيلِ الْقَفَّالِ وَغَيْرِهِ وُجُوبُ الصَّاعِ فِي صَدَقَةِ الْفِطْرِ بِأَنَّ النَّاسَ يَمْتَنِعُونَ غَالِبًا عَنْ الْكَسْبِ فِي يَوْمِ الْعِيدِ وَثَلَاثَةٍ بَعْدَهُ وَلا يَجِدُ الْفَقِيرُ مَنْ يَسْتَعْمِلُهُ فِيهَا لِأَنَّهَا أَيَّامُ سُرُورٍ وَرَاحَةٍ عَقِبَ الصَّوْمِ وَالصَّاعُ مَعَ مَا يُضَمُّ إلَيْهِ مِنْ الْمَاءِ يَجِيءُ نَحْوَ ثَمَانِيَةِ أَرْطَالِ خُبْزٍ أَنَّ الَّذِي تَتَابَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ بَطَالَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ بَعْدَ يَوْمِ الْعِيدِ كَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ

lebaran

Sudah menjadi tradisi dimasyarakat kita bila merayakan lebaran mereka saling kunjung – mengunjungi antar tetangga serta saudara dan menyediakan hidangan buat para tamunya. Momentum ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan dan persahabatan serta maaf – maafan. Akan tetapi permintaan maaf tersebut hanya secara global (tidak merinci dan menjelaskan salahnya) bahkan ada yang hanya berjabat tangan seraya mengucapkan “Minal ‘Aidin Wal Faizin”. (PP. Mahaduttolabah Kebondalem Kandangan) PERTANYAAN a. Apakah perayaan tersebut (saling mengunjungi dan menyediakan hidangan) diatur dalam Fiqih? b. Sudah cukupkah meminta maaf dengan praktek seperti tersebut diatas ? JAWABAN (a) :Kebiasaan saling mengunjungi dan menyediakan hidangan ada dan diatur didalam Fiqih, dan hukumnya sunnah.  REFERENSI: 1. Al Fatawi Al Kubro Juz I Hal. 271 & 272 الفتاوى الفقهية الكبرى - (ج 1 / ص 271 ( وَسُئِلَ ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمْ أَيَّامُ عِيدِ الْفِطْرِ هَلْ هِيَ أَرْبَعَةٌ كَأَيَّامِ عِيدِ الْأَضْحَى ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ : قَضِيَّةُ تَعْلِيلِ الْقَفَّالِ وَغَيْرِهِ وُجُوبُ الصَّاعِ فِي صَدَقَةِ الْفِطْرِ بِأَنَّ النَّاسَ يَمْتَنِعُونَ غَالِبًا عَنْ الْكَسْبِ فِي يَوْمِ الْعِيدِ وَثَلَاثَةٍ بَعْدَهُ وَلا يَجِدُ الْفَقِيرُ مَنْ يَسْتَعْمِلُهُ فِيهَا لِأَنَّهَا أَيَّامُ سُرُورٍ وَرَاحَةٍ عَقِبَ الصَّوْمِ وَالصَّاعُ مَعَ مَا يُضَمُّ إلَيْهِ مِنْ الْمَاءِ يَجِيءُ نَحْوَ ثَمَانِيَةِ أَرْطَالِ خُبْزٍ أَنَّ الَّذِي تَتَابَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ بَطَالَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ بَعْدَ يَوْمِ الْعِيدِ كَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ